Sabtu, 22 Juni 2013

Ini Sejarah Tentang Toak dan Arak Khas Prunggahan Kulon, Tuban


Tuak dan Arak Prunggahan Kulon dalam Lipatan Sejarah Modernisasi
Menuang cairan getah pohon lontar bahan mentah untuk membuat tuak.
Sejak lama Tuban menjadi kota dan pelabuhan Singasari dan Majapahit. Tentara Tartar, yang menyerang Jawa bagian Timur (kejadian yang menyebabkan berdirinya kerajaan Majapahit) pada tahun 1292, mendarat di pantai Tuban. Dari sana pulalah sisa-sisa tentaranya meninggalkan Pulau Jawa untuk kembali ke negerinya (Graaf, 1985:164).
Seorang penerjemah bahasa dari rombongan Laksamana Cheng Ho yang bernama Ma Huan menuliskan, saat kedatangannya pada tahun 1433 M, di Tuban telah bermukim orang-orang China dari Propinsi Guangdong, Fujian, Zhangzhou, dan Quanzhou. Selain itu, jauh sebelum Ma Huan datang, telah ada serombongan kemandan militer Mongol yang dipimpin oleh Shi Phi dan Kau Shing pada tahun 1292 yang telah mendarat di Tuban.1
Catatan yang dibuat oleh Lombard (1996) menjelaskan bahwa, karena ekspedisi militer dan perdagangan, banyak orang-orang China bermigrasi ke pesisir Jawa. Bahkan Ma Huan, memperkirakan orang-orang China di Tuban saat mereka mendarat di wilayah ini pada abad 15, berjumlah lebih dari seribu orang.2 Tidak hanya itu, penguasa-penguasa di Tuban, termasuk pemuka-pemuka Islam pasca Majapahit juga orang-orang yang masih memiliki darah China.
Dengan mengutip Slamet Muljana (1968), sejarawan Asvi Warman Adam (2002) menjelaskan soal beberapa penguasa Jawa dan tokoh-tokoh berpengaruh di Jawa yang memiliki darah keturunan China:
Bong Swi Hoo-yang datang di Jawa tahun 1445-sama dengan Sunan Ampel. Bong Swi Hoo ini menikah dengan Ni Gede Manila yang merupakan anak Gan Eng Cu (mantan kapitan Cina di Manila yang dipindahkan ke Tuban sejak tahun 1423). Dari perkawinan ini lahir Bonang yang kemudian dikenal sebagai Sunan Bonang. Bonang diasuh Sunan Ampel bersama dengan Giri yang kemudian dikenal sebagai Sunan Giri. Putra Gan Eng Cu yang lain adalah Gan Si Cang yang menjadi kapitan Cina di Semarang. Tahun 1481 Gan Si Cang memimpin pembangunan Mesjid Demak dengan tukang-tukang kayu dari galangan kapal Semarang. Tiang penyangga masjid itu dibangun dengan model konstruksi tiang kapal yang terdiri dari kepingan-kepingan kayu yang tersusun rapi. Tiang itu dianggap lebih kuat menahan angin badai daripada tiang yang terbuat dari kayu yang utuh. Akhirnya Slamet menyimpulkan, Sunan Kali Jaga yang masa mudanya bernama Raden Said itu tak lain dari Gan Si Cang. Sedangkan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah menurut Slamet Muljana adalah Toh A bo, putra Sultan Trenggana (memerintah di Demak tahun 1521-1546). Sementara itu Sunan Kudus atau Jafar Sidik yang tak lain dari Ja Tik Su.3
Namun, sebelum penguasa-penguasa keturunan China itu berkuasa, masih menyisakan perlawanan sengit dari para pengikut Majapahit di Tuban. Bahkan, saat-saat terakhir kekuasaan Majapahit, De Graaf (1989) mencatat, penguasa-penguasa di Tuban masih tunduk pada Majapahit. Saat Majapahit runtuh, Demak juga mengembangkan kekuasaannya ke Tuban.4 Tetapi, dalam perkembangannya, pada abad 15 dan 16, pantai-pantai di Tuban mengalami pendangkalan karena endapan lumpur (De Graaf. 1985). Situasi ini menandai surutnya pelabuhan Tuban dalam perdagangan regional masa itu.
Tidak hanya berhubungan lama dengan Bangsa China dan Arab, sebagaimana catatan De Graaf, pada tahun 1599 kapal-kapal dagang Belanda yang dipimpin oleh Van Warwijck juga berdagang ke Tuban. Sang komandan tampak terkesima melihat pelbagai perlombaan pacuan kuda, dan lain-lain yang dilakukan setiap hari Senin (Senenan). Van Warwijck juga menceritakan adanya kandang-kandang gajah di alun-alun kota Tuban saat itu (Graaf, 1985:170).
Pasca runtuhnya Demak, dan peralihan kekuasaan dari Pajang yang seumur jagung, dan kejayaan kekuasaan Jawa yang dirintis kembali oleh Mataram, banyak kabupaten-kabupaten melepaskan diri dari pusat kekuasaan di Jawa Tengah. Beberapa Kabupaten itu antara lain Tuban, Surabaya, Pasuruan, dan Probolinggo.5
Setelah Mataram berhasil bangkit kembali, terutama masa kejayaan Sultan Agung, Raja ketiga Mataram terobsesi untuk menguasai kabupaten-kabupaten yang melepaskan diri. Beberapa kabupaten-kabupaten yang semula melepaskan diri, mulai diserang kembali oleh Mataram untuk ditundukkan. Serangan pertama dimulai pada tahun 1598 dan 1599, namun serangan ini berhasil dipatahkan oleh penguasa Tuban. Pada tahun 1619, bala tentara Mataram menyerang Tuban kembali, dan memenangkan pertempuran. Sejak saat itu, bupati-bupati yang berkuasa di Tuban semuanya berasal dari dinasti mataraman (Graaf, 1985:170).
Serangan Mataram ke Tuban rupanya memporakporandakan seluruh kota. Dari catatan yang dibuat oleh Knaap (1996), saat Kabupaten Tuban diserang oleh Mataram, pusat kota berada sekitar 5 kilometer arah selatan dari Kota Tuban Sekarang.6 Jika kita cek di lapangan, besar kemungkinan pusat kota Tuban sebelum dihancurkan oleh bala tentara Mataram ada di desa Prunggahan Kulon, kecamatan Semanding saat ini.
Dari data fisik lapangan yang kami temukan, bekas alun-alun Tuban jaman dahulu memang masih tersisa, meski tiada bangunan secuilpun yang masih terlihat. Alun-alun itu kini menjadi pelataran di samping Balai Desa Prunggahan Kulon. Pelataran itu tidak begitu luas, hanya kurang lebih 2000 meter persegi. Cerita-cerita lisan masyarakat setempat juga mengisahkan, dan percaya bahwa desa Prunggahan Kulon, dulunya sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Tuban. Sejak dihancurkan itulah, pusat kekuasaan Tuban beralih ke Pendopo Kabupaten Tuban sekarang.
Pada abad ke-18 Kabupaten Tuban jatuh ke tangan VOC. Pada tahun 1743, Pakubuwono II yang terdesak akibat pertikaian rumit, karena pemberontakan orang-orang Jawa bersama China, meminta bantuan ke VOC. Pakubuwono II menawarkan penyerahan wilayah pesisir Jawa ke VOC, jika VOC mendukung terus kedudukannya di singgasana. Kekuasaan Pakubuwono II memang selalu dirongrong oleh Cakraningrat IV. Cakraningrat IV adalah tokoh yang sejak awal menjadi boneka VOC (Ricklefs: 2001:213-214).
Praktis, pada periode ini, orang-orang yang duduk menjadi Bupati Tuban adalah bawahan-bawahan VOC. Apalagi masa itu, adalah suatu fase dimana kolonialisme mulai menanamkan kekuasaannya secara menggurita. Di sisi lain, pusat-pusat perdagangan telah bergeser ke timur. Gresik dan Surabaya menjadi sentra pelabuhan dan perdagangan baru. Kedua kota pelabuhan itu terhubung dengan Batavia sebagai pusat kekuasaan VOC.
Desa Prunggahan Kulon, yang dulunya sebagai pusat kekuasaan Tuban, berubah menjadi kawasan yang senyap, menyisakan puing-puing peradaban masa lalu. Berangkat dari desa yang paling luas di kecamatan Semanding inilah kami mengawali langkah untuk membuat catatan-catatan penting pada liputan ini.
Dari Geo(Demo)grafi Tuban ke Prunggahan Kulon
Kabupaten Tuban, berada di Provinsi Jawa Timur. Jarak dari pusat Ibukota Propinsi Jawa Timur, sekitar 100 kilometer ke arah barat. Sebagai wilayah paling barat Jawa Timur, Tuban berbatasan langsung dengan kabupaten Rembang, dan kabupaten Blora, yang keduanya masuk wilayah Propinsi Jawa Tengah. Sisi selatan Tuban, berbatasan langsung dengan Kabupaten Bojonegoro, sedangkan di sisi timur, berbatasan dengan Kabupaten Lamongan. Karena lokasinya di pesisir, otomatis sisi utara kabupaten Tuban lautan lepas. Panjang pesisir Tuban dari timur ke barat sejauh 65 kilometer.
Saat ini, Kabupaten Tuban terbagi dalam 20 kecamatan, 311 desa, dan 17 kelurahan. Data dari Biro Pusat Statistik tahun 2004, penduduk Tuban berjumlah 1.084.383 jiwa, dengan komposisi sebanyak 535.655 kaum lelaki, dan 548.728 kaum perempuan. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Tuban, dengan jenis laki laki sebanyak 551.869. Sedangkan jumlah penduduk Tuban, dengan jenis laki-laki sebanyak 565.670 jiwa, sehingga total penduduk Tuban pada tahun 2010 mencapai 1.117.539 jiwa.7
Tuban, meski kaya akan bahan tambang dan migas, termasuk kabupaten yang belum sejahtera secara ekonomi. Angka kemiskinan di Tuban kategorinya tinggi, dibandingkan dengan kabupaten-kabupetan lainnya di Jawa Timur, yakni antara 23 – 28 persen dalam rentang tahun 2001-2006.8 Pada tahun 2001, jumlah penduduk miskin di Tuban mencapai 253.193 jiwa, sedangkan pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin di Tuban mencapai 313.426 jiwa.9
Penilaian tinggi oleh Biro Pusat Statistik ada maknanya sendiri. Tinggi dalam kategori peringkat kemiskinan adalah rating kedua, setelah angka sangat tinggi di Jawa Timur yang di duduki oleh kabupaten-kabupaten di Madura, seperti Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan.10
Bahkan, di wilayah Tuban sendiri terdapat 7 kecamatan dari total 20 kecamatan yang tingkat kesejahteraan ekonominya sangat kurang. Padahal, kecamatan-kecamatan yang paling miskin itu sangat kaya akan tambang dan migas, dan telah dikeruk kekayaan alamnya. Beberapa kecamatan yang kaya sumber daya alam, tetapi miskin penduduknya meliputi; Kerek, Bangilan, Semanding, Bancar, Senori, Plumpang, dan Grabakan. Ketujuh kecamatan ini sangat kaya batu kars, sebagai bahan baku semen. Padahal pabrik Semen Gresik, Tbk bercokol di wilayah ini sejak tahun 1997. Selengkapnya dapat dilihat dalam data dibawah ini;
Dilihat dari distribusi tingkat kemiskinan per kecamatan di atas, ada 7 kecamatan dengan tingkat ibidkemiskinan di atas 20%, yaitu Kerek (21,0%), Bangilan (21,2%), Semanding (21,6%), Bancar (22,2%), Senori (23,4%), Plumplang (26,1%) dan yang paling parah kecamatan Grabagan di mana tingkat kemiskinan mencapai 38,1%. Dengan tingkat kemiskinan 20% artinya ada 1 orang dari tiap 5 warga Tuban hidup dalam kemiskinan. Demikian pula jika tingkat kemiskinan mencapai 25% artinya dari 4 orang warga tuban, 1 orang di antaranya hidup dalam kondisi miskin. Ini sebuah fakta yang mencengangkan mengingat potensi kabupaten Tuban yang selama ini sering didengungkan oleh berbagai pihak. Terlebih sejak era otonomi daerah diterapkan upaya pengentasan kemiskinan semestinya bisa dilakukan dengan lebih baik (Podes 2008).11
Data di atas menggambarkan, kecamatan Semanding yang di dalamnya termasuk kawasan desa Prunggahan Kulon, terkategori desa-desa di Tuban yang secara ekonomi relatif defisit. Pola orientasi pembangunan selama 15 tahun terakhir yang mengedepankan konglomerasi12, tidak membawa perubahan signifikan pada kesejahteraan penduduk Tuban.
Sektor pertanian menjadi sektor andalan wilayah ini, namun kebijakan tata perniagaan sektor pertanian belum cukup menguntungkan ekonomi desa secara keseluruhan.
Lokasi desa Prunggahan Kulon tak begitu jauh dari kota Tuban. Dari pusat kota Tuban, tepatnya alun-alun kota Tuban sekarang hingga ke bekas alun-alun Tuban di Desa Prunggahan Kulon berjarak sekitar 4 kilometer menuju arah ke selatan. Tiada akses transportasi publik yang menghubungkan kedua tempat ini. Untuk menuju Prunggahan Kulon harus membawa moda transportasi sendiri.
Desa Prunggahan Kulon, lokasinya persis di tengah-tengah wilayah kecamatan Semanding. Sisi utara berbatasan dengan desa Tegalagung dan Boto, sisi timur berbatasan dengan desa Prunggahan Wetan, sebelah selatan berbatasan dengan desa Bektiharjo, dan sisi barat berbatasan dengan desa Jadi. Semua desa yang mengelilingi desa Prunggahan Kulon masuk wilayah kecamatan Semanding.
Sebagian besar kawasan desa Prunggahan Kulon adalah persawahan dan tegalan. Seluas 58.000 meter persegi, kawasan ini berupa persawahan, baik sawah irigasi, maupun sawah tadah hujan, selebihnya perbukitan kapur. Dari buku data demografi Desa Prunggahan Kulon tahun 2010 terdapat 5.258 orang memiliki lahan tegalan dan sawah. Para pemiliknya memang tidak semuanya warga Prunggahan Kulon, termasuk juga tidak semuanya mengerjakan sendiri lahan tegalan atau persawahan yang dimilikinya. Sebanyak 2.558 orang bekerja pada sektor buruh tani di desa ini.
Untuk mengisi kekosongan waktu dari kegiatan bertani, sebagian warga Prunggahan Kulon juga memiliki hewan ternak, bahkan kuda untuk kendaraan tradisional yang kerap yang dinamai dokar dan cikar. Sebanyak 25 orang di Prunggahan Kulon memiliki dokar. Untuk ukuran desa, warga Prunggahan Kulon tergolong cukup sukses karena terdapat 2.750 ekor sapi potong, 3.156 ekor kambing, dan 74 domba. Bahkan, beberapa warga desa Prunggahan Kulon lainnya sukses beternak ayam. Setidaknya ada 13.120 ekor ayam buras, dan 6000 an ayam ras.
Jumlah penduduk laki-laki desa Prunggahan Kulon sebanyak 6763 jiwa, dan kaum perempuan sebanyak 7087 jiwa, dengan total kepala keluarga sebanyak 4364. Seperti yang sedikit tergambar data di atas, 90 persen penduduk bekerja di sektor pertanian dan perdagangan. Hanya sebanyak 248 yang bekerja pada sektor formal, seperti pegawai negeri sipil, TNI Polri, dan tenaga perawat kesehatan.
Minimnya warga desa yang bekerja di sektor formal sedikit terjawab dari tingkat pendidikan masyarakat setempat. Sebanyak 9.349 warga Prunggahan Kulon tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Mereka yang menamatkan SD sebanyak 3.050 orang, menamatkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 688 orang, dan menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 676 orang. Untuk lulusan diploma dan sarjana relatif masih sedikit, yakni sebanyak 29 orang lulusan Diploma 3, dan 58 orang lulusan Sarjana Strata 1.
Untuk pertanian, mata pencaharian utama dari sektor perladangan yakni dengan menanam jagung, ketela pohon, ketela rambat, kedelai dan kacang-kacangan. Yang aneh, dalam buku monografi Desa Prunggahan Kulon tidak disebutkan adanya tanaman bogor (Aren), sebagai penghasil legen, tuak, dan buah siwalayan. Padahal secara faktual, kegiatan itu menjadi sektor penting yang ikut menggerakan kegiatan ekonomi warga setempat.
Jika tanaman bogor dan usaha produksi tuak saja tidak disebutkan, lebih-lebih sektor usaha lainnya yang dianggap “miring” seperti produksi arak, baik skala kecil maupun skala besar. Padahal, banyak warga Desa Prunggahan Kulon yang menggantungkan nasibnya dari memproduksi arak dan tuak.
Arak dan Tuak dalam Proyek “Kota Lama”
Setelah sekian lama ditinggalkan sebagai pusat kekuasaan dan ekonomi, khususnya sejak masa pendudukan VOC, Prunggahan Kulon berubah menjadi desa sepi, seperti kebanyakan desa lainnya di kabupaten Tuban. Kemegahan kawasan karena pembangunan telah bergeser ke sekitar alun-alun Kota Tuban. Alu-alun Tuban lama seperti yang digambarkan oleh Van Warwijck diatas, kini tak lebih tanah lapang yang bukan sentral lagi dalam kosmologi tata ruang, dan politik pembangunan.
Bekas alun-alun kabupaten Tuban itu, kini hanya dipakai sebagai lokasi pelaksanaan ritus manganan, dan tayuban. Keduanya dilaksanakan setiap setahun sekali. Surutnya desa Prunggahan Kulon sebagai pusat peradaban, mengundang banyak tokoh setempat untuk menjadikan kawasan ini sebagai situs penting, dan membangkitkan kembali kejayaan kabupaten Tuban seperti massa keemasannya tatkala dipimpin oleh Adipati Ronggolawe.
Dalam benak orang pada umumnya di Tuban, masa kepemimpinan Adipati Ronggolawe, adipati ketiga di Tuban, adalah masa kepemimpinan dan kejayaan Kabupaten Tuban. Dalam cerita-cerita lisan masyakarat setempat, Ronggolawe ikut berjasa besar mendirikan kerajaan terbesar dalam sejarah Nusantara, yakni kerajaan Majapahit. Namun karena intrik keji di internal kraton, jasa Ronggolawe tak diakui. Namun demi menjaga martabat kabupaten Tuban, ia tak mau mengekor kekuasaan Majapahit yang penuh intrik. Meskipun harus diserang oleh Majapahit, ia mempertahankan Tuban hingga mengorbankan nyawanya. Bahkan, untuk mengenang heroisme Ronggolawe yang gagah bersama kuda kesayangannya, Pemerintah Kabupaten Tuban menjadikan kuda tunggangan Ronggolawe sebagai lambang kabupaten ini.
Berbekal situs-situs yang masih tersisa dan ritus-ritus yang masih dilakukan, dengan bumbu cerita lisan dari para sesepuh desa, pemuka desa Prunggahan Kulon berharap Pemerintah Kabupaten Tuban menjadikan kawasan desanya sebagai proyek “Kota Lama”. Sebagaimana disampaikan oleh Kepala Desa (Kades) Prunggahan Kulon. Liek Soerito, berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban tidak mengabaikan peninggalan sejarah. Harapan itu disampaikan Liek Soerito lantaran Pemkab dinilai kurang memberi perhatian pada tempat-tempat sejarah, terutama Prunggahan Kulon yang telah diketahui sebagai bekas “kotaraja” atau ibu kota Kabupaten Tuban tempo dulu. “Harusnya Kota Lama ini diproteksi sebagai cagar budaya. Sebab dari sinilah sejarah kabupaten Tuban dimulai,” klaim Liek Soerito.13
Meskipun belum mendapatkan tanggapan serius dari Pemerintah Kabupaten Tuban, sebenarnya apa bayangan pemerintah desa tentang proyek menjadikan Desa Prunggahan Kulon sebagai kota lama? Imajinasi tentang “Kota Lama” dapat kita pahami dari pernyataan Kepala Desa Prunggahan Kulon sendiri.
Kita bisa meniru desa Trowulan, Mojokerto atau bahkan Solo dan Yogyakarta. Kota-kota tersebut mampu menjadi kota budaya dan wisata yang memberi income luar biasa, baik pada pemerintah maupun masyarakatnya. “Kalau Pemkab serius, Prunggahan Kulon bisa dihidupkan kembali sebagai kota lama. Ditata sedemikian rupa sehingga suasana kebudayaan asli Tuban masa lalu benar-benar bisa ditemukan di sini, termasuk budaya memelihara kuda dan profesi kusir andong,” jelas Liek Soerito. Karena kurangnya kepedulian Pemkab, kata Liek Soerita, sedikit demi sedikit peninggalan sejarah dan budaya Tuban masa lalu hilang dari Prunggahan Kulon. Jumlah pemilik kuda dan andong juga terus menyusut. Tidak ada data resmi yang dimiliki Liek Soerito, tetapi ia memperkirakan saat ini jumlahnya tinggal belasan orang saja.14
Sangat jelas dan gamblang pesan Kepala Desa Prunggahan Kulon, menemukan kembali (invensi) Tuban dalam bingkai wisata, menjual apa yang ada dengan diseleksi lebih dulu apa saja yang boleh tampil dan tidak kepada wisatawan. Secuil contoh, dalam monografi desa saja dengan sengaja pemerintah desa tidak menghitung produksi dan konsumsi tuak dan arak sebagai penggerak ekonomi desa. Pemerintah desa lebih menonjolkan aktivitas “legal” seperti bertani dan beternak sebagai data ekonomi desa yang boleh ditampilkan.
Meskipun pemerintah desa tidak menyatakan secara eksplisit, tentu tuak dan arak di desa ini menjadi bagian dari properti yang bakal terseleksi untuk tidak boleh tampil, jika proyek invensi “Kota Lama” ini dikerjakan. Bahkan, bisa jadi, tuak dan arak yang menjadi pertanda tuanya peradaban di wilayah ini bakal tersingkir, jika proyek invensi itu benar-benar terjadi.
Padahal praktek produksi tuak dan arak di Desa Prunggahan Kulon telah berlangsung lama, dari generasi ke generasi. Arak di Prunggahan Kulon diperkirakan dikenal sejak pusat kekuasaan Kabupaten Tuban berada di wilayah ini. Menurut S15, perempuan 55 tahun, warga setempat, bahwa ia mendapatkan pengetahuan membuat arak dari para leluhurnya. “Embah saya dulu sudah membuat arak,” ujar S. Jika S sekarang berumur 55 tahun, bisa terbayang ketrampilannya membuat arak telah berjalan sangat lama.
Tuban sebagai wilayah yang terbuka, dan terluar dalam sistem kebudayaan Jawa, membuka kesempatan luas masyarakatnya untuk menerima pola-pola produksi, dan konsumsi baru. Dari cerita beberapa sesepuh kampung, termasuk S, dan para orang tua di desa Prunggahan Kulon, mereka dahulunya membuat arak diajari oleh beberapa warga keturunan China. Orang-orang China yang telah lama menetap di Tuban sejak jaman Singasari, membutuhkan arak, selain untuk minum dan ritual, juga untuk memandikan dan mengawetnya mayat sebelum dibakar atau dikuburkan.
Meski keberadaan arak lebih dahulu ada, setelah pendudukan VOC di Tuban, pasca perjanjian dengan Amangkurat II, merebak pula produksi dan perdagangan opium di Jawa. Rata-rata opium beredar sebanyak 56 ton per tahun. Pada tahun 1800 menjamur penjualan dan peredaran opium di seluruh Jawa, bahkan Madura. Di Yogjakarta sendiri terdapat 372 tempat penjualan opium. Surakarta dan Madiun sebagai produksi dan domisili bandar opium terbesar di Jawa. Kedua bandar itu menjadi penghasil pajak terbesar. Peringkat kedua diduduki oleh Semarang, Rembang, Yogjakarta, dan Surabaya. Wilayah Tuban, Besuki, Probolinggo, dan Ponorogo sebagai peringkat ketiga penghasil pajak opium bagi VOC.16
Sebagaimana tuak dan arak pada masa lalu, suplai opium juga sebagai media keramahtamahan di kalangan 2001elit-elit Jawa. Tuak, arak, dan opium menjadi gaya hidup. Bahkan para prajurit Diponegoro banyak yang jatuh sakit ketika pasokan opium untuk mereka terganggu. Era itu, menyediakan arak dan opium untuk para tamu lelaki, bahkan di pesta-pesta pernikahan menjadi pemandangan yang umum. Namun mereka menghisap opium sebatas sebagai kenikmatan sesaat, bukan dimaksudkan untuk mabuk, apalagi mencandu.17 Suguhan arak dan opium pada masa itu, kira-kira seperti keberadaan rokok dan minuman berkarbonansi pada jaman sekarang ini.
Di kalangan orang-orang China, baik dalam keluarga besar maupun individual, mereka menghisap opium di klub-klub opium yang eksklusif, sementara kalangan keluarga China yang miskin menghisap opium dan minum arak di rumah-rumah bersama penduduk setempat.18 Produksi dan peredaran opium mulai menurun ketika kebijakan politik etis menyeruak di banyak dimensi. Pemerintah kolonial sendiri sangat berkepentingan akan makin banyaknya penjualan candu ke masyarakat, tapi lambat-laun juga sadar akan kejelekan akibat pengisapan opium. Kesadaran tersebut juga timbul di kalangan China dengan pendidikan Barat (Belanda) seperti Dr. Sim Ki Ay. Zaman politik etis (1900) mempertebal kesadaran ini.19
Peredaran dan bisnis opium menjadi semakin surut ketika beberapa bandar besar opium di Solo dan Semarang tertangkap dan tutup usahanya. Bandar-bandar opium kala itu memang dikuasai oleh opsir-opsir kalangan China. Beberapa bandar besar yang menjadi opsir diantaranya Be Biauw Tjoan sebagai mayoor de Chinesen. Ia langsung dicopot sebagai opsir, yang otomatis melucuti juga kekuasaannya untuk mengatur peredaran opium, yang berakibat bangkrutnya usaha dia.20
Surutnya industri opium pada masa pendudukan Belanda, tidak berlaku bagi tuak dan arak di Tuban. Tuak dan arak masih diproduksi masyarakat di sekitar Tuban, khususnya desa Prunggahan Kulon. Bahkan, produksi itu masih berjalan hingga kini, dalam skala kecil oleh industri rumahan, sementara yang skala lebih kecil lagi dimotori oleh para perempuan paruh baya yang ada di desa ini.
Dalam seharinya, untuk skala industri rumahan, warga Desa Prunggahan Kulon bisa memproduksi ratusan liter arak. Tercatat beberapa warga setempat memiliki alat-alat produksi arak dalam skala besar, meski masih dalam skala industri kecil. Untuk membuat arak dibutuhkan tungku, alat perebus bahan-bahan arak, dan pipa sulingan untuk menyalurkan uap yang keluar dari rebusan bahan-bahan arak. Biasanya tungku dan sulingan terbuat dari tembaga, agar bisa menahan panas dalam waktu yang lama. Untuk menghindari melelehnya pipa saluran uap arak, pipa itu dilewatkan air dingin, sehingga suhunya tetap stabil.
Dalam amatan kami, setidaknya ada belasan lokasi pembuatan arak dalam skala industri kecil ini. Salah satunya dimiliki oleh T, laki-laki 38 tahun, lulusan Sekolah Teknologi Menengah (STM). Industri arak yang dimiliki oleh T tergolong lumayan. Ia memiliki dua kompor besar untuk menyuling arak, agar bisa menghasilkan puluhan hingga ratusan liter arak setiap harinya. Setiap kali produksi, arak-arak tersebut telah ada yang membelinya. “Pembelinya dari berbagai kota di luar Tuban, seperti Malang, Surabaya, Sidoarjo, atau Lamongan,” ujar T
Untuk menjaga agar produksi araknya tetap aman, T dan beberapa pembuat arak lainnya di kampung itu memberi upeti kepada petugas keamanan. Upeti itu sebesar Rp. 5.500 setiap tabung besar (drum) yang berisi arak penuh. Upeti ini hanya sebatas untuk mengamankan produksi. Bagaimana dengan distribusi dan penjualannya? “Kami tidak bertanggungjawab terkait distribusi dan penjualannya, pembeli mengambil sendiri kemari, dan mereka yang harus memiliki cara sendiri untuk bisa bebas menjual” imbuh lelaki yang masih melajang ini.
Dahulu sebelum arak diproduksi dengan sistem industri rumahan, dengan skala ratusan liter per-harinya, tiada operasi aparat keamanan. Saat itu arak masih diproduksi secara sederhana dengan kapasitas produksi terbatas, dan dikerjakan oleh kaum perempuan di Prunggahan Kulon. Sejak arak dikaitkan dengan industri, yang menghasilkan omset yang menjanjikan, barulah pihak-pihak keamanan ikut melakukan operasi-operasi di kampung ini.
Kebijakan ini otomatis berdampak pada usaha kecil-kecilan yang telah dilakukan oleh kaum perempuan di kampung ini. Keresahan itu disampaikan oleh S, ketika harus memproduksi arak, padahal kegiatan itu menjadi satu-satunya sumber ekonominya, bahkan sebagai biaya untuk membesarkan anak semata wayangnya, hingga berumah tangga :
“Sejak adanya kegiatan operasi-operasi aparat keamanan dikampung ini, kami tentu ikut khawatir mas. Dahulu paling kami saat mengirimkan arak ke beberapa warga keturunan Tionghoa di kota, ditanya cukainya, kalau tidak ada cukainya diambil, kalau ada cukai araknya dibiarkan. Kalaupun arak waktu itu tidak ada cukainya, polisi Belanda hanya mengambil araknya, tetapi tidak menahan yang akan menjualnya. Tetapi sekarang ini, kalau sampai tertangkap saat memproduksi arak, kami otomatis akan ikut ditahan karena melakukan pekerjaan yang terlarang. Situasi ini yang membuat kami bagaimanapun juga diliputi rasa was-was.”
Untuk mengatasi kekhawatiran itu, banyak warga dan pengusaha produsen arak di Prunggahan Kulon harus memakai teknik upeti, seperti kisah di atas. Dengan memberikan upeti kepada aparat keamanan setiap kali produksi, T dan warga setempat akan mendapatkan informasi dari petugas keamanan setempat jika akan dilakukan operasi-operasi pembersihan, atau penangkapan pembuat arak. Berbekal informasi awal itulah T dan warga setempat segera mengungsikan peralatan pembuatan produksi arak, bahkan, jika dirasa perlu untuk “bandar-bandar” produsen arak harus pergi sementara dari kampung halamannya, sampai mendapatkan informasi tentang suasana yang kondusif untuk kembali ke rumahnya. Strategi itu ditempuh oleh warga setempat untuk tetap bisa membuat arak.
Agar “taste” arak nikmat, masing-masing pembuat arak di Prunggahan Kulon memiliki resep yang sangat rahasia. Komposisi adonan dan bahan baku arak umumnya sama, yakni dari beras ketan, gula merah, dan ragi yang terbuat dari ramuan herbal. Konon, ragi semacam “bumbu penyedap” yang sangat menentukan kualitas rasa arak saat disuling nanti. Ragi mirip bebekan dalam tuak, sebagai pengatur selera. Karena memiliki peran sentral, masing-masing pembuat arak akan merahasiakan dosis dan teknis pembuatan ragi. Bahan-bahan untuk membuat ragi juga tersedia dari beragam jenis tanaman herbal yang ada di desa Prunggahan Kulon.
Pemakaian jenis beras sebagai bahan baku utama juga sangat berpengaruh pada kualitas arak yang dihasilkan. Umumnya warga menggunakan beras ketan, namun beberapa kaum perempuan lainnya tidak menggunakan beras ketan untuk menghemat biaya produksi. “Terkadang beras ketan mahal mas, sehingga ini berakibat pada mahalnya harga arak yang harus kami jual. Itu yang menjadi pertimbangan, terkadang kami harus menggunakan jenis beras lainnya yang lebih murah,” ujar S.
Berbekal bahan baku yang mudah didapatkan dari lokasi setempat, warga Prunggahan Kulon sangat tak tergantung dengan pasokan bahan baku dari luar. “Bahan-bahan untuk membuat arak semuanya ada di desa ini mas, kalaupun permintaan banyak, dan stok bahan baku menipis bisa beli di pasar baru Tuban,” ujar T.
Kadar arak yang dijual keluar memiliki tingkatan masing masing. Arak sulingan pertama biasanya tidak dipakai, karena kadar alkoholnya tinggi. Arak sulingan pertama inilah biasanya untuk keperluan medis di kalangan orang-orang keturunan China, terutama yang masih menggunakan teknis pengobatan tradisional. Baru proses sulingan kedua, yang kadar alkhoholnya diperkirakan 40-60 persen, yang diperjual belikan secara luas. Untuk sulingan arak ketiga dan seterusnya biasanya tidak diperjualbelikan secara luas, sebab harganya memang telah turun drastis ditambah peminatnya yang sedikit.
Bagi kalangan perempuan yang ikut menekuni usaha ini, produksi araknya jauh lebih rendah. Seperti yang dilakukan oleh S, ia membuat arak untuk mendapatkan penghasilan. Sejak suaminya meninggal belasan tahun lalu, S melanjutkan usaha suaminya membuat arak untuk menyambung hidup, membesarkan anaknya hingga dewasa, bahkan kini S telah memiliki seorang cucu dari anak semata wayangnya.
Berbeda dengan T yang memiliki kompor besar untuk menyuling arak, S hanya berbekal kompor dari tungku kayu bakar. Jika tidak ada masa penggrebekan dari aparat keamanan, dalam setiap minggunya S bisa memproduksi antara 20 hingga 50 liter arak. Untuk penjualannya, S menyatakan;
“Penjualan minuman ini saya ikut pada juragan-juragan arak besar di kampung ini mas, sebab mereka sendiri sebenarnya kekurangan pasokan arak, mengingat permintaan yang banyak. Jadi saya harus mengikuti selera permintaan arak dari mereka. Selain itu, saya atau ibu-ibu produsen arak lainnya di kampung ini biasanya melayani pembelian arak ukuran botolan satu literan. Satu liter arak yang ditempatkan dalam bekas botol minuman mineral ukuran 1 liter biasanya kami mendapatkan uang Rp. 15.000 – 20.000,-. Untuk pembelian seukuran seperti itu, biasanya dilakukan oleh warga sekitar daerah ini, jadi bukan orang-orang yang jauh dari sini. Uang itu sangat berguna untuk menambah ekonomi keluarga disini.”
Belakangan saat anak S yang bernawa KW telah tumbuh dewasa, anaknya menghendaki agar S tidak lagi membuat arak. KW berpandangan, jika ibunya tetap membuat arak, akan sangat berisiko berurusan dengan aparat keamanan. Selain itu, umumnya kaum muda terdidik di Tuban, melihat kegiatan-kegiatan lama, seperti minum tuak dan membuat arak seperti yang dilakukan oleh ibunya dianggap aib. “Saya tentu tidak berkeinginan teman-teman sekolah saya waktu itu mengetahui kalau pekerjaan orang tua saya tukang membuat arak,”ujar KW.
Desakan anaknya untuk tidak membuat arak memang diakui oleh S. Ia berujar :
“KW memang melarang saya untuk membuat arak lagi mas. Katanya KW malu dengan teman-temannya sejak sekolah dulu, sampai dia sekarang, meski ia sudah berumah tangga. Kalau saya tidak membuat arak, lalu darimana sumber penghidupan ekonomi saya. Saya juga tidak mau menggantungkan sumber dari pemberian KW. Apalagi pekerjaannya juga satpam, yang tentu pendapatannya tak seberapa.”
Untuk menghormati pendapat dan keinginan KW, biasanya S tidak membuat arak saat KW ada di rumah. Saat KW bersama isterinya tidak di rumah, maka S kembali membuat arak untuk mengepulkan dapurnya. Cara ini harus ditempuh S tidak saja untuk urusan dapur, lebih dari itu untuk menjaga tradisi, agar barang-barang pembuatan araknya tidak lagi menjadi artefak yang tiba waktunya untuk diloakkan.
Dengan beragam teknik dan strategi, kaum perempuan pembuat arak di desa Prunggahan Kulon bertahan, mereka tidak saja terhimpit ketatnya aturan yang melarang, tetapi juga dominasi produsen arak besar meskipun dalam skala rumahan. Sisi yang lain, kalangan keluarga juga ada yang menentang dengan berbagai latar belakang. Yang cukup menarik adalah kalangan agamawan yang ada di desa Prunggahan Kulon. Meskipun di desa ini terdapat Pesantren Sunan Bonang, namun kalangan pesantren tidak serta merta dengan “brutal” memerangi pembuat arak.
Kalangan pesantren sesekali menghimbau kepada masyarakat desa Prunggahan Kulon untuk mengurangi membuat dan meminum arak atau tuak. Dalam keseharian, kalangan Pesantren Sunan Bonang lebih mengedepankan pendidikan agama ketimbang membuat pelarangan-pelarangan dalam meminum arak secara frontal kepada masyarakat. Seolah mengerti peran yang harus diperankan masing-masing, perbedaan kultural, pemahaman, dan pola hidup dikalangan desa Prunggahan Kulon yang plural menjadikan desa ini sebagai kawasan yang penuh ragam identitas, tapi dalam harmoni.[]

1 Franke, Wolfgang, Claudine Salmon & Anthony K.K. Siu (eds) Chinese Epigraphic Material in Indonesia, Java vol. 2, Southeast Society, EFEO & Archipel: Singapore/Paris. 1996.
2 Lombard, Denys, Nusa Jawa: Silang Budaya, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Jilid 1, 2 & 3.
3 Asvi Warman Adam. Wali Songo Berasal Dari China?, Kompas, 12 Februari 2002.
4 Graaf. 1989. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa, Kajian Sejarah Politik Abad ke 15 dan 16 Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
5 Ricklefs. M. C. 2001. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Serambi. Jakarta.
6 Gerrit J. Knaap (1996), Shallow Waters, Rising Tide, KTILV Press, Leiden.
7 Buku Saku BPPD Jawa Timur pada tahun 2011.
8 Ibrahim, Sulityo. Stutikno. 2009. Analisa Karakter Kemiskinan Petani di Jawa Timur. Sumber: http://www.daneprairie.com
9 ibid
10 ibidkemiskinan
11 Dalam Rifai. Ahmad di http://kotatuban.com/menguak-kantong-kantong-kemiskinan-kabupaten-tuban/
12 Pembangunan dibawah kepemimpinan Haeny Relawati (P Golkar) sejak 2001, berfokus pada proyek-proyek pembangunan fisik. Padahal dalam konteks pembangunan manusia, meliputi banyak variable, terutama pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi desa. Orientasi pembangunan yang bersifat fisik berkaitan erat dengan suami Bupati Haeny Relawati yang juga penguasaha dengan banyak lini usaha.
13 http://kotatuban.com/kades-prunggahan-kulon-minta-pemkab-serius-garap-wisata-sejarah/
14 ibid
15 Beberapa nama narasumber sengaja kami inisialkan untuk melindungi narasumber, karena berkaitan dengan pasal-pasal kriminal yang sangat mungkin bisa menjeratnya
16 Gatra Nomor 13 Tahun ke 7, beredar 12 Februari 2001
17 ibid
18 ibid
19Onghokham,(Sumber:http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2001/02/05/BK/mbm.20010205.BK77452.id.html)

Ini, Info Tentang Kandungan dan Khasiat dari Zam-Zam


Selama ini kita mengenal sumur Zamzam dari buku-buku agama. Namun sebenarnya ada sisi ilmiah saintifiknya juga looh. Cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang air adalah hydrogeologi.



Sumur Zamzam

Khasiat air Zam-zam tentunya bukan disini yang mesti menjelaskan, tapi kalau dongengan geologi sumur Zam-zam mungkin bisa dijelaskan disini. Sedikit cerita Pra-Islam, atau sebelum kelahiran Nabi Muhammad, diawali dengan kisah Isteri dari Nabi Ibrahim, Siti Hajar, yang mencari air untuk anaknya yang cerita. Sumur ini kemudian tidak banyak atau bahkan tidak ada ceritanya, sehingga sumur ini dikabarkan hilang.

Sumur Zam-zam yang sekarang ini kita lihat adalah sumur yang digali oleh Abdul Muthalib kakeknya Nabi Muhammad. Sehingga saat ini, dari “ilmu persumuran” maka sumur Zam-zam termasuk kategori sumur gali (Dug Water Well).

Dimensi dan Profil Sumur Zam-zam

Bentuk sumur Zam-zam dapat dilihat dibawah ini.

Bentuk sumur Zam-zam

Sumur ini memiliki kedalaman sekitar 30.5 meter. Hingga kedalaman 13.5 meter teratas menembus lapisan alluvium Wadi Ibrahim. Lapisan ini merupakan lapisan pasir yang sangat berpori. Lapisan ini berisi batupasir hasil transportasi dari lain tempat. Mungkin saja dahulu ada lembah yang dialiri sungai yang saat ini sudah kering. Atau dapat pula merupakan dataran rendah hasil runtuhan atau penumpukan hasil pelapukan batuan yang lebih tinggi topografinya.

Mata air zamzam
Dibawah lapisan alluvial Wadi Ibrahim ini terdapat setengah meter (0.5 m) lapisan yang sangat lulus air (permeable). Lapisan yang sangat lulus air inilah yang merupakan tempat utama keluarnya air-air di sumur Zam-zam.

Mata air zamzam

Kedalaman 17 meter kebawah selanjutnya, sumur ini menembus lapisan batuan keras yang berupa batuan beku Diorit. Batuan beku jenis ini (Diorit) memang agak jarang dijumpai di Indonesia atau di Jawa, tetapi sangat banyak dijumpai di Jazirah Arab. Pada bagian atas batuan ini dijumpai rekahan-rekahan yang juga memiliki kandungan air. Dulu ada yang menduga retakan ini menuju laut Merah. Tetapi tidak ada (barangkali saja saya belum menemukan) laporan geologi yang menunjukkan hal itu.

Dari uji pemompaan sumur ini mampu mengalirkan air sebesar 11 – 18.5 liter/detik, hingga permenit dapat mencapai 660 liter/menit atau 40 000 liter per jam. Celah-celah atau rekahan ini salah satu yang mengeluarkan air cukup banyak. Ada celah (rekahan) yang memanjang kearah hajar Aswad dengan panjang 75 cm denga ketinggian 30 cm, juga beberapa celah kecil kearah Shaffa dan Marwa.

Keterangan geometris lainnya, celah sumur dibawah tempat Thawaf 1.56 m, kedalaman total dari bibir sumur 30 m, kedalaman air dari bibir sumur = 4 m, kedalaman mata air 13 m, Dari mata air sampai dasar sumur 17 m, dan diameter sumur berkisar antara 1.46 hingga 2.66 meter.

Air hujan sebagai sumber berkah

Air hujan sebagai sumber berkah

Kota Makkah terletak di lembah, menurut SGS (Saudi Geological Survey) luas cekungan yang mensuplai sebagai daerah tangkapan ini seluas 60 Km2 saja, tentunya tidak terlampau luas sebagai sebuah cekungan penadah hujan. Sumber air Sumur Zam-zam terutama dari air hujan yang turun di daerah sekitar Makkah.

Sumur ini secara hydrologi hanyalah sumur biasa sehingga sangat memerlukan perawatan. Perawatan sumur ini termasuk menjaga kualitas higienis air dan lingkungan sumur serta menjaga pasokan air supaya mampu memenuhi kebutuhan para jamaah **** di Makkah. Pembukaan lahan untuk pemukiman di seputar Makkah sangat ditata rapi untuk menghindari berkurangnya kapasitas sumur ini.

lokasi sumur Zamzam

Gambar diatas ini memperlihatkan lokasi sumur Zamzam yang terletak ditengah lembah yang memanjang. Masjidil haram berada di bagian tengah diantara perbukitan-perbukitan disekitarnya. Luas area tangkapan yang hanya 60 Km persegi ini tentunya cukup kecil untuk menangkap air hujan yang sangat langka terjadi di Makkah, sehingga memerlukan pengawasan dan pemeliharaan yang sangat khusus.

Sumur Zamzam ini, sekali lagi dalam pandangan (ilmiah) hidrogeologi , hanyalah seperti sumur gali biasa. Tidak terlalu istimewa dibanding sumur-sumur gali lainnya. Namun karena sumur ini bermakna religi, maka perlu dijaga. Banyak yang menaruh harapan pada air sumur ini karena sumur ini dipercaya membawa berkah. Ada yang menyatakan sumur ini juga bisa kering kalau tidak dijaga. Bahkan kalau kita tahu kisahnya sumur ini diketemukan kembali oleh Abdul Muthalib (kakeknya Nabi Muhammad SAW) setelah hilang terkubur 4000 tahun (?).

Dahulu diatas sumur ini terdapat sebuah bangunan dengan luas 8.3 m x 10.7 m = 88.8 m2. Antara tahun 1381-1388 H bangunan ini ditiadakan untuk memperluas tempat thawaf. Sehingga tempat untuk meminum air zamzam dipindahkan ke ruang bawah tanah. Dibawah tanah ini disediakan tempat minum air zam-zam dengan sejumlah 350 kran air (220 kran untuk laki-laki dan 130 kran untuk perempuan), ruang masuk laki perempuan-pun dipisahkan.

Monitoring dan pemeliharaan sumur Zamzam

Saat ini bangunan diatas sumur Zam-Zam yang terlihat gambar diatas itu sudah tidak ada lagi, bahkan tempat masuk ke ruang bawah tanah inipun sudah ditutup. Sehingga ruang untuk melakukan ibadah Thawaf menjadi lebih luas. Tetapi kalau anda jeli pas Thawaf masih dapat kita lihat ada tanda dimana sumur itu berada. Sumur itu terletak kira-kira 20 meter sebelah timur dari Ka’bah.

Monitoring dan pemeliharaan sumur Zamzam
Jumlah jamaah ke Makkah tiga puluh tahun lalu hanya 400 000 pertahun (ditahun 1970-an), terus meningkat menjadi lebih dari sejuta jamaah pertahun di tahun 1990-an, Dan saat ini sudah lebih dari 2.2 juta. Tentunya diperlukan pemeliharaan sumur ini yang merupakan salah satu keajaiban dan daya tarik tersendiri bagi jamaah haji.

Pemerintah Saudi tentunya tidak dapat diam pasrah saja membiarkan sumur ini dipelihara oleh Allah melalui proses alamiah. Namun pemerintah Arab Saudi yang sudah moderen saat ini secara ilmiah dan saintifik membentuk sebuah badan khusus yang mengurusi sumur Zamzam ini. Sepertinya memang Arab Saudi juga bukan sekedar percaya saja dengan menyerahkan ke Allah sebagai penjaga, namun justru sangat meyakini manusialah yang harus memelihara berkah sumur ini.

Sistem Pompa

Pada tahun 1971 dilakukan penelitian (riset) hidrologi oleh seorang ahli hidrologi dari Pakistan bernama Tariq Hussain and Moin Uddin Ahmed. Hal ini dipicu oleh pernyataan seorang doktor di Mesir yang menyatakan air Zamzam tercemar air limbah dan berbahaya untuk dikonsumsi. Tariq Hussain (termasuk saya dari sisi hidrogeologi) juga meragukan spekulasi adanya rekahan panjang yang menghubungkan laut merah dengan Sumur Zam-zam, karena Makkah terletak 75 Kilometer dari pinggir pantai. Menyangkut dugaan doktor mesir ini, tentusaja hasilnya menyangkal pernyataan seorang doktor dari Mesir tersebut, tetapi ada hal yang lebih penting menurut saya yaitu penelitian Tariq Hussain ini justru akhirnya memacu pemerintah Arab Saudi untuk memperhatikan Sumur Zamzam secara moderen. Saat ini banyak sekali gedung-gedung baru yang dibangun disekitar Masjidil Haram, juga banyak sekali terowongan dibangun disekitar Makkah, sehingga saat ini pembangunannya harus benar-benar dikontrol ketat karena akan mempengaruhi kondisi hidrogeologi setempat.

Badan Riset sumur Zamzam yang berada dibawah SGS
(Saudi Geological Survey) bertugas untuk:
Memonitor dan memelihara untuk menjaga jangan sampai sumur ini kering.
Menjaga urban disekitar Wadi Ibrahim karena mempengaruhi pengisian air.
Mengatur aliran air dari daerah tangkapan air (recharge area).
Memelihara pergerakan air tanah dan juga menjaga kualitas melalui bangunan kontrol.
Meng-upgrade pompa dan dan tangki-tangki penadah.
Mengoptimasi supplai dan distribusi airZam-zam

Perkembangan perawatan sumur Zamzam.
Dahulu kala, zamzam diambil dengan gayung atau timba, namun kemudian dibangunlah pompa air pada tahun 1373 H/1953 M. Pompa ini menyalurkan air dari sumur ke bak penampungan air, dan diantaranya juga ke kran-kran yang ada di sekitar sumur zamzam.

Uji pompa (pumping test) telah dilakukan pada sumur ini, pada pemompaan 8000 liters/detik selama lebih dari 24 jam memperlihatkan permukaan air sumur dari 3.23 meters dibawah permukaan menjadi 12.72 meters dan kemudian hingga 13.39 meters. Setelah itu pemompaan dihentikan permukaan air ini kembali ke 3.9 meters dibawah permukaan sumur hanya dalam waktu 11 minut setelah pompa dihentikan. Sehingga dipercaya dengan mudah bahwa akifer yang mensuplai air ini berasal dari beberapa celah (rekahan) pada perbukitan disekitar Makkah.

Banyak hal yang sudah dikerjakan pemerintah Saudi untuk memelihara Sumur ini antara lain dengan membentuk badan khusus pada tahun 1415 H (1994). dan saat ini telah membangun saluran untuk menyalurkan air Zam-zam ke tangki penampungan yang berkapasitas 15.000 m3, bersambung dengan tangki lain di bagian atas Masjidil Haram guna melayani para pejalan kaki dan musafir. Selain itu air Zam-zam juga diangkut ke tempat-tempat lain menggunakan truk tangki diantaranya ke Masjidil Nabawi di Madinah Al-Munawarrah.

Saat ini sumur ini dilengkapi juga dengan pompa listrik yang tertanam dibawah (electric submersible pump). Kita hanya dapat melihat foto-fotonya saja seperti diatas. Disebelah kanan ini adalah drum hidrograf, alat perekaman perekaman ketinggian muka air sumur Zamzam (Old style drum hydrograph used for recording levels in the Zamzam Well).

Kandungan mineral
Tidak seperti air mineral yang umum dijumpai, air Zamzam in memang unik mengandung elemen-elemen alamiah sebesar 2000 mg perliter. Biasanya air mineral alamiah (hard carbonated water) tidak akan lebih dari 260 mg per liter. Elemen-elemen kimiawi yang terkandng dalam air Zamzam dapat dikelompokkan menjadi
Yang pertama, positive ions seperti misal sodium (250 mg per litre), calcium (200 mg per litre), potassium (20 mg per litre), dan magnesium (50 mg per litre).
Kedua, negative ions misalnya sulphur (372 mg per litre), bicarbonates (366 mg per litre), nitrat (273 mg per litre), phosphat (0.25 mg per litre) and ammonia (6 mg per litre).

Molekul air zam zam
Kandungan-kandungan elemen-elemen kimiawi inilah yang menjadikan rasa dari air Zamzam sangat khas dan dipercaya dapat memberikan khasiat khusus. Air yang sudah siap saji yang bertebaran disekitar Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Madinah merupakan air yang sudah diproses sehingga sangat aman dan segar diminum, ada yang sudah didinginkan dan ada yang sejuk (hangat). Namun konon prosesnya higienisasi ini tidak menggunakan proses kimiawi untuk menghindari perubahan rasa dan kandungan air ini.

Sumber: http://misteridunia.wordpress.com

Kamis, 02 Mei 2013

Chelsea FC

Keep The Blue Flag Fly High!!!!!
Sedikit saya akan bercerita tentang salah satu Football Club yang saya dukung.
Lambang Chelsea F.C.
Adalah Chelsea Football Club sebuah klub sepak bola Inggris yang bermarkas di Fulham, London. Chelsea didirikan pada tahun 1905 dan kini berkompetisi di Liga Utama Inggris. Sepanjang sejarah penampilan dalam dunia sepak bola di Inggris dan Eropa, klub ini telah meraih empat gelar juara Liga Utama Inggris, tujuh Piala FA, empat Piala Liga, satu trofi Liga Champions UEFA, dua Piala Winners UEFA, dan satu Piala Super UEFA.[3] Stadion kandang mereka Stamford Bridge, berkapasitas 41.837 kursi penonton,[2] telah digunakan sebagai stadion kandang sejak Chelsea didirikan. Sejak tahun 2003, Chelsea dimiliki oleh Roman Abramovich seorang miliuner asal Rusia.[4]
Kesuksesan pertama Chelsea diraih saat meraih gelar juara liga pada tahun 1955. Beberapa gelar dari berbagai kompetisi juga berhasil diraih pada dekade 1960an, 1970an, 1990an, dan 2000an. Dalam periode lima belas tahun terakhir merupakan periode terbaik kesuksesan Chelsea; yang ditutup dengan untuk pertama kali meraih gelar juara Double winner, Liga Utama Inggris dan Piala FA pada tahun 2010 dan gelar juara Liga Champions UEFA pada tahun 2012.[5][6]
Kostum utama Chelsea adalah kaus dan celana berwarna biru royal dengan kaus kaki berwarna putih. Kombinasi tersebut telah digunakan sejak dekade 1960an. Lambang klub telah berganti beberapa kali dalam upaya memodernisasi dan mengubah pencitraan. Lambang yang kini digunakan, yang menampilan seekor singa seremonial memegang sebuah tongkat, merupakan modifikasi dari lambang yang pernah digunakan pada dekade 1950an.[7] Rata-rata jumlah penonton liga pada laga kandang musim 2011–12 sebanyak 41.478 penonton, jumlah tertinggi keenam pada Liga Utama Inggris.[8]
Sejarah



Tim pertama Chelsea pada September 1905
Pada tahun 1904 H.A. Mears mengakuisisi stadion atletik Stamford Bridge dengan tujuan mengubah menjadi stadion sepak bola. Ia kemudian merencanakan pendirian sebuah klub sepak bola baru setelah tawaran yang diberikan kepada Fulham untuk menggunakan stadion tersebut ditolak. Mengingat telah ada sebuah klub bernama Fulham, nama Chelsea yang merupakan sebuah kota kecil yang berdekatan dengan stadion dipilih sebagai nama klub baru tersebut. Nama-nama lain seperti Kensington FC, Stamford Bridge FC dan London FC sempat dipertimbangkan untuk dipilih.[9] Chelsea didirikan oleh pada 10 Maret 1905 di sebuah pub The Rising Sun (kini restoran The Butcher's Hook)[10] dan pertama kali bermain pada kompetisi Football League.
John Robertson seorang pemain timnas Skotlandia berusia 28 tahun saat itu dipilih merangkap jabatan pemain-manajer pertama Chelsea. Sejumlah pemain direkrut dari berbagai klub untuk memperkuat tim, seperti penjaga gawang William "Fatty" Foulke dari Sheffield United, Jimmy Windridge dan Bob McRoberts dari Small Heath, dan Frank Pearson dari Manchester City. Pertandingan pertama mereka terjadi pada 2 September 1905, sebuah laga tandang menghadapi Stockport County. Chelsea kalah dengan skor 0–1.[11] Sedangkan pertandingan kandang pertama mereka adalah sebuah kemenangan 4–0 pada laga persahabatan menghadapi Liverpool. Robertson juga merupakan pencetak gol pertama Chelsea pada laga kompetitif saat kemenangan 1–0 atas Blackpool.[12]
Chelsea mengalami sejumlah promosi-degragasi pada Divisi Satu dan Divisi Dua Liga Inggris setelah berhasil meraih promosi ke Divisi Satu pada musim kedua mereka. Pencapaian terbaik mereka pada tahun-tahun awal adalah berhasil melaju hingga ke babak final Piala FA 1915 namun dikalahkan Sheffield United di Old Trafford dan saat mengakhiri Divisi Satu pada posisi tiga klasemen akhir tahun 1920.[13] Chelsea memiliki reputasi mendatangkan pemain-pemain terkenal[14] dan jumlah penonton yang besar[15], tapi kesuksesan masih belum menghampiri mereka pada masa-masa Perang Dunia I dan II.
Mantan penyerang Arsenal dan Inggris Ted Drake menjadi manajer pada tahun 1952. Drake mulai memodernisasi klub baik di dalam dan di luar lapangan. Ia mengganti logo Chelsea pensioner, meningkatkan sistem pelatihan dan pembinaan tim usia muda, dan memperkuat kedalaman tim dengan kelihaian mendatangkan sejumlah pemain dari divisi-divisi bawah dan liga-liga amatir hingga berhasil membawa Chelsea meraih trofi juara pertama mereka, gelar juara Divisi Satu Liga Inggris 1954–55. Pada musim berikut, UEFA mengadakan kejuaraan antar klub juara liga di Eropa, Piala Champions, namun ketidaksetujuan otoritas Liga Sepak Bola Inggris dan FA membuat Chelsea menarik diri dari kejuaraan tersebut sebelum dimulai.[16] Chelsea gagal melanjutkan kesuksesan tersebut dan hanya menjadi penghuni papan tengah klasemen liga pada dekade 1950an. Drake dipecat pada tahun 1961 dan digantikan oleh Tommy Docherty yang merangkap jabatan pemain-manajer.
Chelsea kembali menjadi juara Liga Utama Inggris 50 tahun kemudian, yaitu pada tahun 2005, pada masa jabatan manajer Jose Mourinho (2004 - 2007), yang saat itu mendapat dukungan penuh dari pemilik miliuner minyak berkebangsaan Rusia, Roman Abramovich.
Pada tahun yang sama (2005), Chelsea juga menjuarai Piala Carling dengan mengalahkan Liverpool. Selanjutnya pada tahun 2006, Chelsea kembali berhasil menjuarai Liga Utama Inggris. Dan pada tahun 2007, Chelsea juga kembali berhasil menjuarai Piala Carling setelah mengalahkan Arsenal 2-1 dan menjadi juara Piala FA setelah mengalahkan Manchester United 1-0 lewat babak perpanjangan waktu.
Tapi karena beberapa penampilan yang buruk pada awal kompetisi 2007/2008 ditambah dengan ketidak sesuaian dengan sang pemilik, akhirnya Jose Mourinho mengundurkan diri dari jabatan manager, dan kemudian digantikan oleh Avram Grant mantan manajer tim nasional Israel.
Diawal masa kepelatihan Grant, banyak kalangan yang memandangnya sebelah mata. Meski demikian, Avram Grant mampu membawa Chelsea menjadi treble runner-up yaitu di ajang Piala Carling sebelum dikalahkan Tottenham Hotspur dengan skor 2-1. Disusul menjadi runner-up Liga Utama Inggris dibawah Manchester United dan menjadi runner-up di ajang Liga Champions setelah kalah adu penalti 6-5 dari Manchester United. Namun prestasi tersebut dianggap tidak cukup baik sehingga Grant terpaksa dipecat di akhir musim.
Pada akhir Januari 2009, Avram Grant digantikan oleh pelatih asal Brasil, Luiz Felipe Scolari. Namun, Scolari juga tidak mampu memberikan prestasi yang memuaskan. Sehingga pada akhir April 2009 mengalami nasib yang sama dengan Grant. Posisi kosong manajer Chelsea kemudian diisi oleh pelatih Rusia saat itu, Guus Hiddink, sampai akhir musim 2008–09. Pada akhir bulan Mei, sebelum meninggalkan Chelsea, Guus Hiddink memberikan kenangan manis dengan membawa gelar Piala FA kelima Chelsea.
Diawal musim kompetisi 2009–10, Chelsea mengumumkan Carlo Ancelotti sebagai manajer baru, dengan masa kontrak selama 3 musim. Ancelotti langsung memberikan gelar dengan membawa Chelsea menjuarai Community Shield 2009 setelah mengalahkan Manchester United dalam adu penalti. Kemenangan dalam adu penalti tersebut merupakan pertama kalinya bagi Chelsea sejak 1998, saat Chelsea menghadapi Ipswich Town di Piala Liga. Pada akhir musim, Chelsea berhasil menjuarai Liga Utama Inggris dan Piala FA, yang merupakan pencapaian pertama dalam sejarah Chelsea. Chelsea juga menjadi klub ketujuh yang berhasil mendapat rekor mengawinkan gelar Double winner tersebut. Striker Chelsea, Didier Drogba berhasil mendapatkan Golden Boot sebagai Pencetak Gol Terbanyak dengan torehan 29 gol. Pada pertandingan terakhir liga pada 9 Mei 2010, Chelsea mempermalukan Wigan dengan skor telak 8–0 dengan Drogba mencetak 3 gol. Chelsea juga mencetak rekor menang mutlak 100% terhadap semua tim empat besar EPL (Manchester United, Liverpool, dan Arsenal). Pada musim keduanya, Ancelotti dipecat Chelsea pada Mei 2011 setelah kekalahan 1-0 dari Everton di pertandingan terakhir musim 2010–11.


Para pemain Chelsea merayakan gelar juara Liga Champions UEFA untuk pertama kalinya dalam sejarah klub
Pada awal musim 2011–12, AndrĂ© Villas-Boas ditunjuk sebagai pelatih Chelsea.[17] Setelah sejumlah hasil buruk yang dialami Chelsea, Villas-Boas dipecat pada bulan Maret 2012. Asistennya, Roberto Di Matteo yang merupakan mantan pemain Chelsea kemudian ditunjuk sebagai pelatih utama ad interim. Dibawah arahan Di Matteo Chelsea menunjukkan hasil impresif dengan berhasil meraih gelar juara Piala FA untuk ketujuh kalinya[18] dan Liga Champions UEFA[19] untuk pertama kalinya dalam sejarah klub–yang sekaligus menjadi klub London pertama yang meraih gelar tersebut.[20]

Rabu, 01 Mei 2013

Peraturan Pertandingan Silat


Penggolongan pertandingan remaja untuk putra dan putri, berumur diatas 14 s/d 17 tahun. Kebenaran tentang umur dibuktikan denan akte kelahran/ ijazah/ paspor. Pembagian kelas menrut berat badan, penimbangan pertama dilakukan sekurang kurangnya 6 (enam) jam sebelum dimulainya pertandingan pertama dalam satu kejuaraan. pada waktu penimbangan pasilat hanya mengunakan pakaian pencak silat yang kering tanpa sabuk, penimbangan ulang dilakukan 15 (lima belas) menit sebelum pesilat mengikuti pertandingan sesuai dengan jadwalnya.

Peraturan pencak silat

Penggolongan

a. Kategori remaja (14-17 Tahun)- putera-puteri

No Kelas dan golongan Berat badan (Kg)
1 Kelas A 39-42
2 Kelas B 42-45
3 Kelas C 45-48
4 Kelas D 48-51
5 Kelas E 51-54
6 Kelas F 54-57
7 Kelas G 57-60
8 Kelas H 60-63
9 Kelas I 63-66
Keterangan :
• Untuk kelompok bagian puteri, kelas pertandingan hanya sampai H
• Untuk kelompok bagian putera, kelas pertandingan sampai I
b. Kategori dewasa (17-35 Tahun)- putera

No Kelas dan golongan Berat badan (Kg)
1 Kelas A 45-50
2 Kelas B 50-55
3 Kelas C 55-60
4 Kelas D 60-65
5 Kelas E 65-70
6 Kelas F 70-75
7 Kelas G 75-80
8 Kelas H 80-85
9 Kelas I 85-90
10 Kelas J 90-95
Keterangan :
• Untuk berat badan 95 keatas (Putera) dimasukan kedalam kelas bebas
c. Kategori dewasa (17-35 Tahun)- puteri
No Kelas dan golongan Berat badan (Kg)
1 Kelas A 45-50
2 Kelas B 50-55
3 Kelas C 55-60
4 Kelas D 60-65
5 Kelas E 65-70
6 Kelas F 70-75
Keterangan :
• Untuk berat badan 75-90 (Puteri) dimasukan kedalam kelas bebas


B.Gelanggang Pertandingan dan Administrasi


Keterangan :
1. Ketua pertandingan (1 orang)
2. Dewan wasit juri (3 orang )
3. Sekretaris pertandingan
4. Anggota wasit juri (18 orang)
5. Papan nilai
6. Pengamat waktu
7. Goong
8. Penimbang berat badan (2 orang )
9. Tim meis (4 orang )
10. Sudut biru
11. Sudut merah
12. Sudut netral
13. Juri (5 orang)


Administrasi
Administrasi ini terdiri dari bebarapa yarat tertentu dan merupakan lembaran-lembaran blanko yang diantaranya, yaitu
- Pengasan
- Penilaian
- Timbangan
- Pengabsahan
- Laga
- Protes dan sebagainya
pembagian tugas dalam pelaksanaan pertandingan silat ini yaitu:
• Ketua adapun tugasnya yaitu
 Menentukan kebijakan
 Menetukan layak atau tidak layaknya jalan pertandingan

• Sekretaris adapun tugasnya yaitu
 Mengatur dan membagi jadwal
 Mencatat kejadian-kejadian penting pada saat jalanya pertandingan

• Pengawas Timbangan adapun tugasnya yaitu
 Untuk mengawasi setiap peserta lomba yang akan ditimbang berat badanya, sehingga dapat menentukn kelas-kelas dalam pertandingan

• Teknik Dilegit adapun tugasnya yaitu
 Untuk memantau kinerja wasit juri yang harus berasal dari wasit juri Jawa Barat


Perlengkapan pesilat
perlengkapan yang digunakan oleh para peslat berfungsi untuk melindngi bagian bagian tubuh tertentu yag bersifat fital bagipara pesilat, diantaranya :
i. Pakaian Hitam-hitam(gambar 1.1-lampiran)
   Merupakan pakaian wajib bagi para peilat
ii. Body Protector (gambar 1.2, 1.3 dan 1.4-lampiran)
    Melidungi bagian tubuh bagian atas pilat dari puklan dan tendangan pesilat lain
iii. Pelindung Kemaluan
     Melindungi kemaluan dari tedangan pesilat lain
iv. Pelidung Gigi
     Melindungi lidah agar tidak tergigit


Waktu pertadingan
Dalam pertandingan silat, setiap satu kali pertandingan terdiri dari tiga babak. Setiap babak menghabiskan waktu selama tiga menit, yang terdiri dari dua menit waktu bertanding dan satu menit waktu itirahat. Setiap pertadingn akan terdengar bunyi bel/goong yang dibunyikan timer untuk menandakan berawak atau berakhirnya pertandingan.
Detail:
• Ronde 1, main dua menit dan istirahat satu menit
• Ronde 11, main dua menit dan istirahat satu menit
• Ronde 111, main dua menit


Sasaran dan aba-aba yang digunakan
i. Sasaran
Sasaran dalam silat adalah
• Dada
• Perut
• Rusuk kiri dan kanan
• Punggung untuk bagian belakang
apabila pesilat memukul bagian bagian selain bagian yang tercantum diatas, peilat akan diberi peringatan oleh wasit, dan apabila sudah tiga kali peringatan maka nilainya akan dikurangi satu point

ii. Aba-aba
Aba-aba yang diunakan daam silat adalah:
• Bersedia
• Mulai
• Berhenti
• Pesilat
• Pasang

Prestasi teknik
Prestasi teknik adalah nilai yang diberikan kepada pesilat apabila melakukan teknik dalam dilat terhadap pesilat lain. diantaranya:
• Pukulan mendapatkan nilai 1
• Tendangan mendapatkan nilai 2
• Jatuhan mendapatkan nilai 3
• Tangkapan mendapatkan nilai 5


Keterangan:
- Jatuhan dianggap tidak sah bila kedua peasilat jatuh secara bersamaan
- Jika melakukan teknik sambil menghindar, maka diberi nilai point tambahan +1,   seperti    menghindar-menendang maka nilainya 2 (untuk tendangan ) +1 (disertai   menghindar    sebelumnya), dan seterusnya
- Bagian-bagian tertentu yang dalam pencak silat tidak boleh melakukan tendangan,   pukulan    dan sebagainya (penjlasan lanjutan tentang bagian yang tidak boleh   diserang), yaitu:
   o Bagin dari leher keatas dan bagian alat vital merupakam bagian yang tidak boleh   diserang    dan jika bagian itu terkena pukulan, tendangan atau lainya maka akan   terjadi fol atau dis
- Jika dalam penilaian (khususnya bantingan terdapat keragu-raguan maka juri akan   berkumpul    mengambil voting untuk meetukan yang sah atau tidaknya bantingan   tersebut


Penentuan pemenang
Pemenang dalam satu pertandingan akan dtetukan oleh kumlah nilai yang diperoleh ketika melakukan pertandingan. Ketika penentuan pemenang juri akan mengangkat bndera merah atau biru (bendera merah di tangan kiri dan bendera biru di tangan kanan)